dinner
Nanon menatap cemas jam tangannya, sudah 20 menit berlalu sejak Ohm mengabarinya bahwa ia sudah jalan menuju restaurant yang Nanon tentukan. Orang tua Nanon baru saja datang, 2 menit yang lalu dan sekarang mereka sedang sibuk berfoto foto ria.
“Non, masih nunggu temenmu?” tanya Mami Nanon, Nanon menganggukan kepalanya lalu terseyum tidak enak.
“bentar lagi kayaknya nyampe Mi, tunggu ya? lagian belum jam 7 juga. Nanon kan janjinya jam 7” Nanon mencoba menjelaskan dengan perlahan,
5 menit berlalu, Ohm masih belum memberi kabar, ia semakin cemas.
19.10 Ohm masih belum memberinya kabar, apa benar Ohm semarah itu pada Nanon hingga ia mengingkari janjinya sendiri?
“teman mu mana Non?” tanya Papi Nanon
“gatau pi, ini Nanon udah coba hubungin masih belum bisa, hp nya mati. Nanon tunggu depan restaurant ya? Papi mami makan duluan aja. dinner berdua gitu” Nanon beranjak dari kursinya lau menuju keluar dari restaurant sambil mencoba menelfon Ohm.
𝒅𝒓𝒓𝒓𝒕𝒕
hp Nanon bergetar, ia harap ini dari Ohm.
Nanon melihat layar hp nya, ia malah melihat Nama kontak Fiat
“sumpah gue lagi gamau bercanda, gue lagi nunggu kabar Ohm udah hampir 40 menit ga ngabarin gue” cerca Nanon
“mobil Ohm apasih?” tanya Fiat disebrang sana
“sumpah, kalau lo cuman mau nanya jenis mobil Ohm apa itu bisa lain kali.” Kesal nanon
“jawab aja pertanyaan gue”
“biasanya kalau sama gue dia pake mclaren” jawab Nanon malas
“ada apa sih?” Fiat terdiam di sebrang sana
“Jawab goblok” Nanon mendesak Fiat untuk menjawab pertanyaannya
“warna orange bukan?”
“hmm”
“pacar lo kecelakaan non” Nanon terdiam, ia tidak percaya dengan apa yang Fiat katakan.
“bercanda lo ga lucu, dah ah gue matiin” Nanon masih berpikiran bahwa yang dikatakan fiat adalah candaan.
“gue gapernah bercandain nyawa sesorang, mending lo cek sendiri ke rs xxxx, gue sama yang lain otw sekarang. gua juga bakal kasih tau temen temen ohm. lo pergi sekarang” Kaki Nanon lemas, tubuhnya seperti mati rasa, perasaan nya campur aduk. Ia langsung masuk menuju meja orang tuanya dengan panik
“papi, mami. maaf dinner hari ini gajadi, orang yang harusnya dateng hari ini kecelakaan mobil, nanon harus kesana.” Nanon mengemas barang barangnya dan memakai mantel nya
“yang bener non? di rumah sakit mana?” tanya Maminya
“di xxx, Nanon harus pergi sekarang”
“nanti papi sama mami nyusul, hati hati non!” ujar Papinya, Nanon mengangguk dan langsung berlari menuju mobilnya. Panik, Nanon panik. Orang yang ia cintai mengalami kecelakaan, pikirannya sudah kalap dengan rasa panik dan cemas akan keadaan Ohm.
Nanon memarkirkan mobilnya dengan asal di IGD, ia berlari menuju meja receptionist dan menanyakan pasien yang mengalami kecelakaan.
“pasien yang mengalami kecelakaan kebetulan hanya satu dan beliau sudah di pindahkan ke kamar rawat, no 209” jawab suster tersebut.
Nanon berlari di lorong lantai 2 mencari kamar no 209. dibukanya pintu tersebut dan ia melihat Ohm sedang terbaring lemas di atas kasur dengan beberapa alat rumah sakit di sekitar tubuhnya. Tangis Nanon pecah, ia belum sempat memberi tahu semuanya apa yang terjadi.
Nanon meraih tangan Ohm yang terdapat beberapa luka kecil, ia menutup kedua matanya mengarahkan semua doa yang ia bisa. teman teman dan orang tua Ohm masih di jalan menuju rumah sakit.
“salah aku gasih? harusnya aku minta kamu buat kita pergi bareng? haha lucu ya, pas aku mau kasih tau semuanya eh malah ada kejadian ga terduga gini?”
“ohm, harusnya aku aja yang disini, kamu ga pantes tau. kamu tu terlalu baik....ya walau kehalangan sama nyebelinnya. Bangun yuk? kamu masih hutang kalimat ‘aku sayang nanon juga’ ke aku, apa apan tadi cuman jawab ‘iya’ pengen nakol tau.” ujar nanon sambil mengelap air matanya
Nanon mencium tangan Ohm dengan lama, mengutarakan semua doanya, memohon agar Ohm cepat siuman. Dunianya seakan berhenti melihat Ohm terbaring seperti itu.