lelapnya sang kasih

Dilepaskannya earphone yang bertengger di telinga Nanon, malam hari ini cukup ingin untuk ia lewati sendiri, padahal sedari tadi AC di unitnya sudah dimatikan dan dirinya sekarang sudah dipeluk oleh selimut berbahan sutra. Ia melentangkan tubuhnya, khayalannya melayang, 15 menit berlalu dan Pawat belum juga tiba di apartmentnya, lengang, hanya terdengar samar samar suara detak jam.

Suara gaduh terdengar samar di depan pintu unit Nanon, ia yakin itu adalah Pawat yang diantar oleh teman-temannya.

DING

Benar saja, bel unitnya berdenting, ia bangun dari rebahnya, berlari kecil untuk membuka pintu.

“Nanon kan ya?” tanya salah sosok pria berbadan tinggi, parasnya tampan, ia yakini sosok tersebut adalah Lucas –pria yang menghubungi dirinya melalui ponsel Pawat.

“Iya” sang pemilik nama lantas membuka pintu lebar lebar, membiarkan kedua sosok pria yang memapah Pawat masuk kedalam unitnya.

“Sorry ya, ngerepotin” kata tersebut terlontar dari bibir Nanon saat kedua lelaki tersebut sudah membaringkan tubuh Pawat di sofa.

“Haha, it’s okay. Kita berdua pamit ya, have a great night!” ditutupnya pintu unit kamar Nanon setelah kedua lelaki tersebut berpamitan pada Nanon.

Rancu

Perkataan pemuda tersebut rancu menurutnya.

‘Have a great night’?

Yang benar saja, kedua pemuda tersebut meninggalkan dirinya sendiri bersama dambaan hatinya yang sedang mabuk.

“Paw?” Panggilnya, ditepuknya pipi Pawat oleh telapak tangan lentik.

Tak ada jawaban, hanya erangan tak sadar saja yang mampu Pawat lontarkan.

Dipandangnya wajah sosok lelaki tampan dihadapannya, kedua alis pemuda tersebut mengerut, entah apa yang Pawat pikirkan sehingga alis tersebut menyatu.

Dielusnya kedua alis tebal Pawat oleh ibu jari Nanon, seolah memintanya untuk beristirahat.

Nanon meninggalkan Pawat terlelap di sofanya, ia ingin sekali membantu membersihkan tubuh Pawat, tetapi untuk malam ini ia tidak tega mengganggu lelapnya sang (harapan) kasih.

Sang malam kembali lengang, tetapi tidak dengan dingin, ia tak kembali.