narasi 4; OhmNon au
Cruise yang mereka tumpangi mulai bergerak menyusuri hembusan angin dan menerjang air asin. Nanon memilih untuk berdiam diri di dalam area ber-AC sambil menikmati pemandangan laut dari kaca jendela, sedangkan teman temannya sedang bersenang senang di atas sana dengan dentuman musik yang kencang. Ia masih belum siap untuk keluar dari ruangan ini sampai ia memuntahkan isi perutnya. Nanon melipat kedua tangannya di meja lalu mengistirahatkan kepalanya menghadap jendela yang berada di sebelah kirinya.
Tak lama kemudian Nanon merasakan dingin di pipi sebelah kirinya, ia mengangkat kepalanya lalu terkejut melihat sosok Ohm pawat yang sudah duduk disebelah kanan dirinya memegang sebuah minuman kaleng dengan wajah menyebalkannya dan tak disangka, Nanon mengeluarkan isi perutnya tepat di tubuh Ohm.
“Udah muntahnya?” Tanya Ohm saat ia melihat Nanon yang sudang mengelap bibirnya. Rasanya Ohm ingin marah dan membentak Nanon karena baju dan celananya menjadi penuh dengan muntahan Nanon, tetapi ia yang melihat manik Nanon yang berair malah mengurungkan niatnya untuk memarahinya.
“huhuhu sorry, gue kaget banget jadi gue muntah” dengan panik Nanon mengambil tissue dan membersihkan muntahannya, ia benar benar panik, kantong muntah yang sudah ia siapkan malah tidak terpakai. Nanon memerhatikan wajah Ohm, tidak ada kilatan marah di mata dan raut wajahnya, tapi ia tau Ohm ingin sekali memakinya. Ohm mencekal tangan Nanon lalu menjauhkannya dari badannya, ia berdiri dari duduknya dan meninggalkan Nanon tanpa sepatah kata. Jelas Nanon merasa bersalah atas perbuatannya, tetapi setidaknya ia tidak akan muntah lagi untuk kedepannya.
Setelah ia membersihkan muntahannya ia pergi mencari Ohm untuk meminta maaf. Ia meninggalkan ruangan ber-AC tersebut lalu pergi mencari Ohm kebagian atas cruise, tempat semua orang bersenang senang. Ia melihat Ohm yang sudah berganti pakaian, ia memakai kacamata hitam dan duduk bersandar, wajahnya terlihat mengintimidasi. Nanon mendekati Ohm, duduk di pinggiran bangku, wajahnya mulai memelas dengan kepala yang tertunduk.
“gausah ngerasa bersalah, gue gapapa” Ohm memulai percakapan dengan Nanon.
“tapi gue ga seharusnya muntahin ke lo...” suaranya mengecil.
“udah kejadian juga”
“iya sih... sorry ya” Nanon mengangkat kepalanya mencoba menatap manik Ohm.
“gapapa, masih mual?” Ohm mentap balik manik Nanon.
“udah engga, gue gaakan muntah lagi sampe pulang. hehe” Nanon tertawa canggung.
“bagus deh, seenganya gue bantu lo biar ga mual lagi” Nanon tersenyum lebar, senang mengetahui fakta bahwa Ohm tidak memarahi atau memakinya atas kejadian barusan. Nanon pun akhirnya meninggalkan Ohm dan mulai berbaur dengan teman temannya, ikut menari dan loncat loncat. Ohm yang melihat Nanon bersenang senang pun tersenyum, dirinya heran mengapa ia tidak bisa marah jika ia melihat wajah Nanon.