narasi 6; OhmNon au

Ohm menarik tangan Nanon untuk mengikutinya menuju Lobby, ia sengaja meminta tolong pada Fluke untuk menyewakan dirinya motor hanya untuk malam ini, ia memberikan helm untuk Nanon lalu mereka pun pergi melesat menyusuri ramainya jalanan di malam hari.

“lo bisa makan pedes ga?” teriak Ohm, tentu Nanon tidak dapat mendengarnya dengan jelas sebab suara Ohm yang dihalangi helm full-face nya ditambah suara knalpot motor dan suara angin.

“hah? ngomong apa lo?” saut Nanon.

“LO BISA MAKAN PEDES GA?” Ohm mengulangi kalimatnya yang sekarang lebih terdengar oleh Nanon.

“bisa” Jawab Nanon yang diberi anggukan oleh Ohm lalu kecepatan motor sedikit bertambah. Setelah melewati bulan purnama akhirnya mereka sampai di tujuan. Sebuah restoran lokal yang selalu ramai di Bali, mereka pun turun dan memesan makanan.

“gue ga ngira se pedes ini, liat sampe ingusan gue. setan emang lo” ujar Nanon sambil mengelap hidungnya dengan tissue dan mengesap minumannya dengan terburu selesai ia menghabiskan makanannya.

“ya makanya gue tanya kan, lo bisa ga makan pedes. lo jawab bisa. jadi ya gue bawa ke Nasi Pedas Bu Andika. Nih minum minuman gue”Ohm tertawa melihat kehebohan Nanon yang sedang menangani pedasnya. Ohm menyodorkan minumann miliknya saat gelas milik Nanon sudah mulai habis menyisakan es batu di gelasnya. Tentu Nanon mengambilnya tanpa berpikir dia kali dan meminumnya sampai habis, bibirnya sedikit membengkak dan memerah, dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.

“udah? yuk” Ajak Ohm saat ia melihat Nanon sudah sedikit tenang. Nanon ikut beranjak mengikuti Ohm, entah kemana lagi mereka akan pergi.

“gue pengen ke pantai” seru Nanon dari belakang sambil menepuk pundak Ohm agar ia bisa mendengar suaranya.

“beach club?” saut Ohm tak kalah kencang

“ga dodol, pinggir pantai aja” Nanon menggeplak helm Ohm dengan tangannya yang langsung dijawab anggukan oleh Ohm dan suara tawa Ohm yang menggelegar. Sesampainya di pinggir pantai mereka berjalan dengan santai, sesekali deburan ombak mengenai kaki polosnya. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata dari mereka, hanya suara ombak dan dentuman musik yang terdengar samar dengan hembusan angin mengenai kulit Nanon dan Ohm dengan sempurna.

“gue ngerasa malem ini lo ga kayak Nanon yang gue kenal” Ohm memulai pembicaraan diantara mereka, melepas sepatu sneakers nya, membiarkan kakinya menyentuh dinginnya pasir.

“ini Nanon yang temen temen gue kenal, sama lo gue jadi setan” Ohm tertawa mendengar pernyataan Nanon yang terdengar sangat jujur.

Mereka menghabiskan waktu di pinggir pantai dengan hembusan angin dan deburan ombak, tidak ada pertengkaran kecil diantara mereka walau ada sedikit kata kata kasar yang Nanon lontarkan yang menjadikan bumbu di percakapan ringan mereka, keduanya menikmati malam terakhir di Bali dengan damai.