narasi 6; OhmNon au
Nanon tidak pernah memikirkan bahwa dirinya dan Ohm akan bolos sekolah berdua, mengingat dirinya yang tidak menyukai Ohm, dulu. Sekarang Nanon bingung dengan perasaannya, ia tidak lagi membenci Ohm, hanya saja ia tidak terbiasa bersikap baik di hadapan Ohm. Nama kontak Ohm di ponsel Nanon pun sudah berubah sesuai dengan nama yang Ohm pakai.
“sarapan dulu ya?” Ohm memecah keheningan diantara mereka, Nanon yang sibuk dengan pikirannya dan Ohm yang fokus menyetir.
“iya” Nanon menjawabnya dengan singkat, bingung untuk memulai percakapan —lebih tepatnya malas.
“mau sarapan apa? bubur?” Nanon hanya bergumam menjawab pertanyaan Ohm lalu kembali kalut dengan pikirannya
Mobil Range Rover Ohm berhenti didepan tukang bubur yang katanya selalu ramai dan enak
“bang, bubur 2. 1 gapake kacang, cakue, ya. satu lagi abang tanya aja ke dia, katanya minta gapake mangkok” Ohm berujar dengan wajah resenya.
“A, buburnya bener gapake mangkok?” Tanya tukang bubur pada Nanon, teori dari mana coba makan bubur tidak menggunakan mangkok? Nanon hanya bisa mendengus mendengarkannya.
“Lagian bang percaya aja sama dajjal, ya pake dong bang, gapake kacang sama cakue ya” Tukang bubur tersebut tertawa.
“ada ada aja, mana ada dajjal ganteng gitu, A” Nanon melotot mendengar pernyataan abang tukang bubur diselingi tawa nya. Nanon mencoba mengabaikan tukang bubur itu dan duduk di meja yang sudah Ohm tempati.
“mau kemana sih?” Tanya Nanon mengalihkan Ohm yang sedang sibuk dengan ponselnya.
“gatau, lo mau kemana” rasanya Nanon ingin menggeplak kepala Ohm yang malah bertanya balik.
“gatau anjir???? lo yang ngide bolos???” Nanon mengerutkan alisnya kesal.
“gajadi bolos yuk?” Ohm bertanya dengan santai, tentu saja Nanon terkejut mendengarkan pertanyaan Ohm, yang menurutnya lebih ke pernyataan.
Nanon memutar bola matanya, mengerti bahwa yang semua Ohm katakan adalah omong kosong untuk menggodanya dan memilih untuk memakan bubur yang baru saja dihidangkan.
“ke taman safari mau ga?” Tanya Ohm saat mereka sudah selesai makan dan berjalan menuju mobil Ohm. Nanon kelihatan berpikir.
“iya ok” Jawab Nanon, pikirnya seru juga melihat binatang binatang, ditambah lagi hari ini mungkin akan cerah. Ohm dan Nanon menempuh hampir satu setengah jam untuk tiba di taman safari. Selama perjalanan baik Ohm ataupun Nanon mulai terbiasa dengan perbincangannya, Nanon pun tak malu untuk bernyanyi dengan kencang saat lagu favoritnya terputar di stereo mobil Ohm. Ohm yang melihat Nanon yang aktif berbicara ikut senang dan merasakan bahwa inilah Nanon yang ia cari, Nanon yang ceria, Nanon yang bawel, bukan Nanon yang melihat wajahnya dari jauh sudah murung dan intonasi bicaranya yang ‘nge-gas’.
“beli wortel dong sama buah buahan” Nanon berujar saat mereka sudah sampai didepan taman safari.
“iya bawel” Ohm tersenyum setelah melontarkan kata kata tersebut. Anehnya Nanon malah ikut tersenyum mendengarnya.
Mereka mulai memasuki Taman Safari, tak lupa Nanon yang langsung membuka seatbelt dan kaca jendela pintu mobilnya, melihat keluar dengan antusias, memberi makanan binatang binatang serta menyapa binatang binatang yang jauh dari jangkauannya.
Jika Ohm ditanya, apa momen yang tidak akan ia sesali ia mungkin akan menjawab bahwa ia tidak menyesal menarik Nanon untuk ikut balapan dan ia tidak menyesal mengajak Nanon untuk bolos sekolah bersamanya. Secara perlahan Ohm merasakan gemuruh di dadanya, badannya pun seperti tersengat listrik saat ia memikirkan Nanon, seperti bagian yang hilang dari dirinya perlahan mulai memenuhinya. Aneh.