Picnic Date
“kenapa sih idenya piknik” keluh Nanon. Ohm tersenyum tak menghiraukan perkataan Nanon dan terus berjalan menyusuri jalan setapak dikelilingi rumput tinggi, cuaca berawan hari ini pun sangat mendukung untuk piknik. Nanon masih mengikuti langkah Ohm dari belakang, sebagian dirinya sangat ingin mencoba Picnic Date, tapi sebagian dirinya ingin sekedar berbaring di kasur empuk di dalam dekapan Ohm.
“nah, bagus kan?” Langkah Ohm terhenti saat kalimat tersebut keluar dari bibirnya. Nanon melihat sekelilingnya, di depannya ada danau dikelilingi rumput rumput hijau dan ilalang yang menjuntai di sekeliling danau. Beberapa detik Nanon terpukau dengan pemandangan yang di sediakan, dirinya merasa tenang saat menghirup aroma alam. Ia melihat Ohm menjuntaikan kain bermotif kotak kotak lalu mulai menata makanan yang mereka bawa, bukan makanan berat, hanya cemilan cemilan manis seperti donat, dan slice cake yang mereka beli.
Nanon tersenyum melihat Ohm yang sibuk memakan donat nya sambil membaca buku, dirinya memutuskan untuk mengambil beberapa bunga kecil berwarna yang berada di dekat danau.
“sini pake” ujar Nanon, meminta Ohm menjauhkan wajahnya dari buku dan mendekatkan kepalanya dan menyelipkan bunga kecil di telinga kekasihnya. “gimana?” tanya Ohm saat Nanon menjauhkan tangannya dari telinganya. “lucu” balas Nanon.
“sini aku pakein juga” Ohm meraih bunga kecil yang berada di tangan Nanon lalu menyelipkannya juga di telinga Nanon. “cantik, banget” puji Ohm, kekasihnya luar biasa cantik, lesungnya yang semakin dalam karena senyuman lebarnya ditambah pipinya yang memerah.
“kamu lagi baca apa sih?” tanya Nanon.
“Jane Eyre, buku Charlotte Brontë” Jawab Ohm. Nanon mendekatkan badannya lalu mengangkat buku yang berada di paha Ohm lalu membaringkan kepalanya di paha Ohm, ia menyodorkan bukunya pada kekasihnya “which page? bacain aku dong” ujarnya
“udah mau beres, aku baca bagian favorit aku ya?” Tawar Ohm, Nanon mengangukan kepalanya. ia meraih salah satu tangan Ohm untuk mengelus kepala dan wajahnya, kegiatan favorit Nanon. Ohm mulai membacakan kutipan favorit dari buku tersebut.
““Every atom of your flesh is as dear to me as my own: in pain and sickness it would still be dear. Your mind is my treasure, and if it were broken, it would be my treasure still: if you raved, my arms should confine you, and not a strait waistcoat” that's what it said by Mr. Rochester to Jane Eyre.” Ohm menatap manik Nanon, Nanon tersenyum mendengarkan kata indah yang Ohm bacakan, tangan kekasihnya masih mengelus pelan rambutnya, memberikan sengatan nyaman. Ohm tersenyum lalu menyimpan bukunya di sebelah tubuhnya lalu tangannya menuju dahi Nanon, mengelusnya pelan, lalu bergerak menuju kelopak matanya dan berakhir mengelus pelan bibir Nanon. Nanon tersenyum, tangannya terangkat mengelus rahang Ohm lalu dengan perlahan membawanya ke pangutan lembut dan penuh perasaan, tidak menuntut tetapi cukup membuat darah di sekujur tubuh Nanon mengalir ke kepalanya, mereka saling bertukar saliva dengan hembusan angin yang menyentuh kulit mereka.
Ohm melepaskan pangutannya, ia malah memberikan banyak kecupan di seluruh wajah Nanon, Nanon tertawa lalu bangun dari baringnya. Ia meraih wajah Ohm dengan kedua lalu mengecup seluruh inci wajah Ohm.
“kok basah sih non” keluh Ohm disela tawanya, wajahnya masih dikecup oleh Nanon.
“yakali lupa semenit lalu tukeran saliva” Ohm tertawa keras mendengar jawaban kekasihnya, ia juga ikut meraih wajah Nanon dan menekan pipinya dengan gemas.