Nanon menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya, pandangan matanya lurus menatap kosong ke arah sesosok lelaki di ujung ruangan. Lelaki berkaos hitam dengan celana hitam dan smartwatch yang melingkar sempurna di pergelangan tangan sebelah kirinya itu berdiri di dekat railing kaca di belakangnya dengan pemandangan gedung gedung pencakar langit terlihat jelas dari atas sini. Secara tidak langsung ia membiarkan dirinya tenggelam dalam pesona pemuda itu.
“sini foto” ajak pemuda yang sedari tadi memenuhi pandangannya, “tidak” nanon menjawab sambil menggelengkan kepalanya yang masih ditopang kedua tangannya.
“view nya cantik, sini. janji deh kamu ga akan kalah cantik kok” Nanon tersenyum mendengarnya, ugh, kata kata manis itu lagi. Nanon beranjak dari kursinya, berjalan mendekati pemuda itu. “sini handphone kamu” Nanon mengambilnya dari genggaman pemuda tersebut dan mendorong tubuh pemuda itu mendekati railing kaca itu.
“gaya dong, kan udah ganteng” Ujar Nanon sambil mengarahkan kamera ponsel. “ih ganteng banget ohm pawat ini” Nanon serius dengan ucapannya, pemuda di depannya benar benar tampan, ditambah lagi personality Ohm Pawat yang selalu bisa membuat Nanon jatuh cinta lagi. Berkali-kali Nanon mencoba melupakan perasaannya, berkali-kali juga ia gagal. Setiap perbuatan Ohm –tidak, setiap pergerakan Ohm selalu melekat dan terekam dengan indah di otaknya.
“udah nih, ganteng kan potretan aku” Nanon menyombongkan hasil potret Ohm, Ohm tersenyum lalu mengambil ponsel miliknya dan merangkul pundak Nanon berjalah “padahal aku mau foto kamu, Nanon”,
“not in the mood” Nanon menjawabnya dengan senyuman kecut yang terlihat di wajah manisnya.
“tumben? kamu gasuka kesini? yaudah ayo pergi. kita jalan jalan lagi” Ajak Ohm dengan cekatan beranjak dari kursinya, mengulurkan tangan ke Nanon, memberikan isyarat untuk pergi dari tempat ini. Nanon menggeleng. Nanon meraih tangan Ohm lalu menuntunnya untuk kembali duduk di hadapannya “ish, duduk lagi cepet. bukan itu”.
Wajah Ohm menunjukan ekspresi bingung, tumben sekali mood sahabat dekatnya sedang tidak bagus, padahal biasanya jika mereka jalan jalan berdua mood Nanon akan naik dengan cepat. Ohm memerhatikan Nanon yang sedari tadi sibuk menghabiskan minumannya sambil memerhatikan sekitarnya.
“kamu ngapain sih? ngecengin cewek ya?” goda Ohm, Nanon hampir saja tersedak mendengar pertanyaan Ohm yang malah jatuhnya adalah pernyataan. Nanon melepaskan bibirnya yang dari tadi bersarang di sedotan, “ya engga lah, ngapain juga”
Ohm tertawa kecil, “udah yuk? aku bosen sebenernya disini. kita jalan jalan sambil jajan ya? atau mau cari drive in gitu?” ajak Ohm. Nanon tersenyum lalu segera menghabiskan minumnya dan pergi dari café dengan pemandangan indah ini.
Nanon berjalan di belakang Ohm, ia sengaja tidak menyamakan langkahnya dengan Ohm, tak tahu kenapa mood nya hari ini benar benar sedang sendu jika ia melihat Ohm. Ohm yang sadar Nanon berada di belakangnya berhenti dan memutarkan badannya, lucunya Nanon yang sedari tadi berjalan sambil memandang sepatunya malah menabrak dada Ohm, refleks ohm memegang pundah Nanon dan mengelus pelan dahi Nanon.
“kenapa nunduk, hm?” tanya Ohm, Nanon tersenyum lebar diselingi tawa kecil dan ikut mengelus pelan dahinya yang tadi menabrak dada Ohm. Manis. Senyuman Nanon manis sekali.
“kan udah dibilang jangan jalan di belakang aku, harus sebelahan sama aku” Ohm menarik pinggang Nanon, menyejajarkan tubuhnya dengan tubuh Nanon. Nanon tersenyum dan menjawab “tadi sepatu aku kayak ga enak gitu, makanya aku lama jalannya”
“bilang ke aku, aku tungguin” Mereka melanjutkan jalannya menuju mobil Ohm. Nanon hanya mengangguk pelan, “nih masuk, hati hati kepalanya” Ohm membukakan pintu mobil untuk Nanon, ia juga menjaga kepala Nanon dengan tangannya agar tidak terbentur dengan badan mobil, karena mobil sportnya yang pendek. Setelah memastikan Nanon masuk dalam mobilnya, ia menutup pintu dan bergegas menuju kursi pengemudi.
“playlist aku boleh ga?” tanya Nanon saat mobil sudah berjalan meninggalkan tempat tadi, Ohm mengangguk dan tersenyum “boleh lah, ngapain nanya yang kayak gitu?”
“siapa tau ga boleh?” Ohm, melepaskan tangannya dari setir, bergerak mengelus pelan kepala Nanon, “kapan aku ga ngebolehin kamu?” Nanon tersenyum dan segera mencari lagu yang akan ia putar.
Bodohnya, Nanon malah memutar lagu Sabrina Claudio – Truth Is –lagu yang ia putar saat dirinya saat ia memikirkan Ohm– Betul, Nanon memikirkan Ohm sekarang, bahkan saat ia berada tepat di sebelahnya.
I don't feel you, I ripped the last page out
I don't even get jealous when you mention other women
I don't, I don't
And I don't miss you, I'm doing better now
I don't even think of calling
'Cause I never feel like talking, I don't
I don't need you
But I need you
Truth is I'm dishonest
'Cause I'm always scared to get too deep
Truth is that I want this
'Cause I always see you in my sleep
Truth is that I love you
Even when I'm trying not to
When I touch me, I'm more than someone else
I don't even think about you
Reminisce it, wish I had it
'Cause it wasn't even that good
Wasn't even that good
Forget you, I can't forget you
Nanon menyanyikan lagu itu, sampai ia tersadar tak seharusnya ia memutar lagu ini disaat seperti ini, ia segera memindahkan lagunya menjadi lagu yang lebih seru untuk dinyanyikan. Ohm yang mendengarkan lagu yang Nanon tadi nyanyikan rasanya seperti ada benturan hebat di dadanya, sedari tadi ia mendengarkan lirik lagu tersebut dengan saksama dan mencoba memahami arti lagu nya.
“Coba ulang lagu tadi” Ohm meminta Nanon mengulang lagunya, “lagu ini?” tanya Nanon.
“bukan, lagu yang pertama kamu nyanyiin” Nanon terdiam mendengar permintaan Ohm untuk mengulang lagu tadi, dan dengan terpaksa ia mengulangnya untuk Ohm. Nanon menundukkan kepalanya, mencoba mengalihkan pikirannya dengan hal lain.
“kamu lagi ngerasa gini?” tanya Ohm, ia sengaja menepikan mobilnya, guna bisa melihat wajah Nanon. Nanon mengangkat kepalnya, memberanikan diri menatap Ohm. “engga, lagi pengen nyanyi aja” jawab Nanon. Membohongi diri sendiri lagi, sudah seperti makanan Nanon setiap hari.
“bener ya?” tanya Ohm, Nanon mengangguk cepat sebagai jawaban dan tersenyum lebar –senyum palsu. Ohm kembali memaju kan mobilnya menuju drive in cinema yang sedang booming sekarang sekarang ini. Sesampainya disana Ohm lantas memarkirkan mobilnya sesuai yang diberi oleh pegawai cinema tadi. Ohm sengaja membuka kap atas mobilnya agar mereka bisa nemikmati senja dan film dengan lebih nikmat, tak lupa membeli popcorn dan makanan ringan lainnya.
“seneng! ini pertama kalinya aku drive in cinema loh paw” Nanon mengeluarkan ponselnya, mencoba mengabadikan situasi senja dan layar lebar di depannya. Ohm tertawa, “ini first time aku juga kok, Non”.
Lalu, mereka kembali menikmati film yang diputar di layar besar, mereka terhanyut oleh film, terkadang Ohm memerhatikan Nanon yang matanya sibuk menonton dan mulutnya yang sibuk mengunyah popcorn, menggemaskan. Jika dirinya disuruh mengurutkan orang yang paling penting di hidupnya, Nanon tentu saja menempati posisi kedua setelah orang tuanya, bahkan Ohm lebih mementingkan Nanon dibandingkan dirinya sendiri.
“paawww, laper” rengek Nanon setelah film yang diputar selesai. Ohm senang mendengar Nanon memanggilnya ‘paw’ yang berarti Nanon mulai manja kepadanya, ia tertawa melihat Nanon yang seperti bayi, bibir bawahnya ia majukan dan matanya yang membesar, “iya ayo jajan” Jawab Ohm sambil sibuk mengendari mobilnya untuk bisa keluar dari area drive in.
Mereka memutuskan berhenti di food festival yang sedang berlangsung, tentu saja Nanon senang, ia bisa membeli apa saja yang ia mau dan memakan apa saja yang ia mau. Nanon menarik tangan Ohm menuju food truck, “jangan lari, Nanon” tegur Ohm.
“ishh, keburu ngantri panjang” bela Nanon, Ohm sengaja menarik pelan tangannya agar Nanon tidak berlari “dibilangin jangan lari, gabisa dibilangin banget ya?” Nanon terdiam mendengar ucapan Ohm dan tidak melanjutkan larinya, segera ia melepas tangan Ohm dan kembali berlari menuju food truck meninggalkan Ohm. Tidak boleh satupun orang melarang Nanon untuk mendapatkan makanannya –ya kecuali jika habis.
Setelah puas membeli makanan, Nanon dan Ohm kembali ke mobil. Ohm ingin memakan makanannya di mobil, tidak ingin diganggu orang lain yang berlalu lalang. Nanon sibuk memakan mac n cheese nya dan Ohm yang sibuk memakan lasagna.
“pwasang lagwu ya?” Tanya Nanon sambil mengunyah, Ohm tersenyum lalu mengambil tissue untuk mengelap bibir Nanon yang masih mengunyah, “iya boleh. kunyah dulu, nanti keselek aku yang repot” Nanon mengangguk dan meraih ponselnya memasang playlist miliknya. Ohm menyimpan makanannya, rasanya ia kenyang melihat Nanon yang memakan makanannya dengan lahap, dan sedikit belepotan.
“laper banget ya?” Tanya Ohm, ia membuka botol minum untuk Nanon dan dirinya, Nanon mengangguk. Terkadang badannya ikut bergerak senang setiap kali ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Ohm menyodorkan tissue untuk bibir Nanon. “Nih, atau aku yang bersihin?”
“bersihin dong tolong paw, liat tangan aku penuh” Nanon menyodorkan wajahnya –lebih tepat bibirnya ke arah Ohm, mengizinkan Ohm membersihkannya.
Bodohnya Ohm, ia tidak mengelap bibir Nanon. ia tidak menggunakan tissue yang tadi ia sodorkan untuk Nanon, pikirannya sudah tidak bersamanya sedari tadi. Dengan lancang Ohm malah membersihkan sisa makanan di sekitar bibir Nanon dengan bibirnya, kedua tangannya menangkup kedua pipi gembul Nanon. Gila. Ohm Pawat benar benar gila, dan sialnya lagi lagu Friends Don't Kiss Friends – Studio Black mengisi penuh keheningan diantara mereka yang sama sama terkejut.
Nanon menarik kepalanya dari tangkupan tangan Ohm, wajahnya memerah, seluruh darah mengalir menuju wajahnya, dengan salah tingkah ia mengabil tissue yang berada di atas paha Ohm dan mengelapkan pada bibirnya. Ia merasa bodoh, saat ohm menciumnya ia malah membalas ciumannya.
“are we friends?” Tanya Ohm, ia mengecilkan volume lagu tersebut. Nanon mencoba mencerna pertanyaan Ohm, ia masih belum bisa mengendalikan pikirannya. “hmm, iya??” jawaban Nanon terdengar seperti pertanyaan balik.
“but friends don’t kiss friends, right?” Ohm memojokkan Nanon dengan perkataannya, padahal ia sendiri yang mencium Nanon dengan lancang. Nanon terdiam seribu bahasa, apa inikah artinya perasaan terhadap sahabat kecilnya akan berbalik?
“ada kok sahabat yang ciuman” senggah Nanon. Ohm tertawa mendengarnya, “apa setelah mereka berciuman semuanya akan sama? perasaan mereka bakalan berubah, Non”
“terus?” Nanon menunggu kalimat Ohm selanjutnya.
“perasaan kamu gimana?” Tanya Ohm
“sama seperti 2 tahun lalu” Jawab Nanon, Ohm terdiam.
“ lalu 17 tahun yang lalunya?” Nanon tersenyum, mendengar pertanyaan Ohm. “17 tahun yang lalu aku nganggep kamu sebagai sahabat, sejak 2 tahun yang lalu perasaan aku berubah. Maaf ya, aku ga bersyukur. Aku malah ingin lebih”
Ohm kembali menangkup kepala Nanon, membawanya kedalam ciuman yang lebih intens dan lebih lembut, secara spontan Nanon menutup matanya, ia tersenyum saat Ohm menciumnya, Ohm seperti menyalurkan semua perasaanya pada Nanon. Nanon membiarkan Ohm menguasai dirinya.
“jadi teman hidup nih?” Kalimat yang Ohm lontarkan setelah melepaskan ciuman antara dirinya dan Nanon. Nanon tertawa kencang lalu menjulurkan lidahnya sambil menjawab “teman tapi ciuman gaada paw”.
“yaudah, temen hidup aja ya, hm?” Nanon mengangguk dan Ohm mengecup pelan bibir Nanon.