Nanon berjalan menarik kopernya mencari tempat duduk yang sesuai tiket pesawatnya, ia mengangkat kopernya beratnya untuk disimpan di kabin. Ia tidak tau ia akan duduk dengan siapa sebab semua teman temannya duduk dengan orang lain secara acak, tentu saja Nanon berharap bahwa yang duduk disebelahnya nanti bukan orang yang selama ini ia hindari. Nanon menyenderkan badannya, sayangnya ia tidak duduk di dekat jendela.
“Ini 22A kan” suara bariton menyadarkan Nanon yang sedari tadi memerhatikan ponselnya, menghubungi orang tuanya bahwa ia sudah di pesawat dan menunggu untuk take off. Nanon mengangkat kepalanya lalu menjawab dengan anggukan dan ia beridiri memberi akses untuk lelaki tersebut duduk.
“Thanks, btw gue Kayavine lo Nanon, kan?” Nanon terkejut saat sadar bahwa lelaki itu adalah salah satu teman Ohm Pawat —orang yang ia benci, Nanon mencoba untuk bersikap biasa saja.
“Hehe, iya” Nanon menjawabnya dengan sedikit canggung, lalu kembali fokus dengan ponselnya, ia merasakan pesawat sudah bergerak yang artinya pesawat akan segera take off para pramugari/a pun sedang memeragakan arahan.
Pesawat pun take off, Nanon sebenarnya tidak menyukai getaran saat pesawat take off dan landing, ia mengepalkan tangannya, Nanon tidak suka getaran saat pesawat take off dan landing menurutnya ia seperti sedang mempertaruhkan nyawanya.
“Tenang, Non” Ujar lelaki disebelah kiri, Kayavine. Nanon hanya menganggukan kepalanya sambil menutup rapat rapat matanya. Tak lama dari itu suara bel terdengar.tanda bahwa sabuk pengaman sudah boleh dilepaskan ia membuka matanya lalu menghela napasnya dengan berat. Nanon mulai memerhatikan pemandangan diluar jendela, walau terhalang oleh Kayavine, setidaknya ia bisa melihat awan yang mungkin sedikit menenangkannya.
“Mau tukeran tempat duduk?” Nanon menatapnya dengan penuh tanya
“Mau ga? biar lo tenang” Nanon pun tersenyum lebar lalu menganggukan kepalanya, ia sangat senang bisa melihat awan dengan jelas. Tak ia sangka, lelaki yang berteman dengan orang yang ia benci ternyata baik hati, tidak seperti Ohm Pawat.
“btw makasih ya kak” Nanon tersenyum tulus sambil menatap manik Kayavine. Kayavine menjawab ucapan Nanon dengan anggukan dan senyum yang tulus lalu mereka mulai berbincang ringan dengan asik.
Perjalanan menuju Bali terhitung lumayan lama, mungkin satu jam kurang mereka akan landing, jadi Nanon memutuskan untuk tidur sebentar, dirinya kekurangan tidur karena ia harus pergi pagi pagi sekali ke bandara guna menghindari Ohm.
Ohm’s POV
Disebrang sana Ohm terlihat sedari tadi menahan kesal melihat Nanon dan Kayavine yang berbincang santai, tawa Nanon terkadang pecah mendengar ucapan Kayavine, ia tidak tau apa yang mereka obrolkan tetapi ia cukup kesal karena seharusnya ia yang duduk disebelah Nanon, dan sekarang ia melihat Nanon yang sedang tertidur bersandar ke arah jendela, Ohm memutuskan untuk mendatangi Kayavine, ia akan meminta nya untuk pindah tempat duduk.
“lo pindah kay” titah Ohm, Kayavine yang mendengar ucapan Ohm pun sedikit tertantang.
“gamau, gue udah pw disini” Kayavine malah menyadarkan punggungnya lalu menyilang kedua lengannya di depan dadanya.
“gue bilang pindah.” Ohm menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya, Kayavine yang malas untuk berdebat lebih panjang akhirnya memilih mengikuti kemauan Ohm. Ohm tersenyum puas lalu duduk disebelah Nanon yang tertidur dengan posisi yang tidak nyaman. Ia menarik kepala Nanon untuk bersandar di bahunya dan Ohm menyandarkan badannya di kursi.
Suara tanda sabuk pengaman harus digunakan pun terdengar, Ohm secara perlahan menepuk pelan pipi Nanon, membangunkannya agar ia mengenakan sabuk pengaman. Nanon yang tersadar akan sentuhan tersebut langsung mengerjapkan matanya.
“sorry kak, gue jadi nyender di bahu lo” Ucap Nanon sambil sibuk memakai sabuk pengaman, ia masih belum menyadari bahwa orang yang duduk di sebelahnya adalah orang yang ia hindari
“oh, kalau ke kayavine baik, tapi ke gue engga?” Jawab Ohm, Nanon yang mendengar suara Ohm mendongakkan kepalanya, jantungnya berdegup kencanf, matanya membulat sempurna dengan bibir yang menganga. Ohm yang melihat pemandangan Nanon yang terkejut hanya bisa tertawa kecil.
“anjing, kenapa lo disini?” Tanya Nanon kesal akan fakta ia bersandar di bahu Ohm dengan sangat nyaman.
“tadi lo nyaman aja tuh nyender di bahu gue, sekarang kok malah nge anjingin gue?” salah satu sudut bibir Ohm terangkat.
“gue bilang lo gabisa lepas dari gue, Non” Nanon yang mendengar ucapan Ohm sangat ingin membentaknya dengan kata kata kasar, tetapi di situasi pesawat yang akan landing dan banyak orang mana mungkin ia melakukannya. Nanon kembali mengeratkan tangannya karena guncangan pesawat, telinganya mulai berdengung keadaan pesawat saat akan landing benar benar menyiksa Nanon.
Ohm yang melihat Nanon bersusah payah untuk menutup telinganya langsung melepaskan ear buds miliknya lalu menarik tangan Nanon satu persatu dari telingan dan memakaikannya untuk Nanon, selesai ia memakaikan ear buda ia menggenggam tangan Nanon yang dikepalkan, ia mengusapnya perlahan, mencoba menyalurkan ketenangan untuk Nanon. Nanon pun hanya bisa terdiam, sisi lain dirinya ia sadar bahwa yang dilakukan Ohm benar benar halus dan manis.
Pesawat pun landing dengan mulus, Nanon menghelakan nafasnya, tubuhnya yang sedari tadi tegang sudah mulai kembali normal lalu ia tersadar bahwa jemarinya masih bertautan dengan jemari Ohm, ia langsung menariknya dan segera melepaskan ear buds milik Ohm.
“Nih, makasih” Nanon menyodorkan barang tersebut.
“makasihnya cuman gara gara earbuds aja? terus previllage dari gue?” Ohm mengambil earbuds nya lalu menyimpannya, sebelah alisnya terangkat saat mengatakan kalimat tersebut.
“i-iya yaudah makasih” jawab nanon ketus
“udah sana keluar, orang lain udah pada turun” ia mendorong tubuh Ohm untuk beranjak dari kursi sebelahnya, Nanon mengambil koper yang tadi ia simpan. Ohm yang melihat kedua pipi gembul Nanon yang memerah karena salah tingkah tersenyum lalu pergi untuk mengambil barang-barangnya.
Dengan gerakan cepat Nanon mengambil semua barangnya lalu turun dari pesawat, mencari teman temannya untuk menceritakan kejadian tadi.
“gimana non senderan sama Ohm? mana pegang pegangan tangan lagi anjir lah” teriak Fiat saat ia melihat Nanon turun dari pesawat, mereka menunggu Nanon, Nanon memberikan isyarat untuk tetap diam karena Ohm mungkin ada di belakangnya. Teman temannya hanya tertawa melihat Nanon yang salah tingkah.