chewiecherie

Ohm menarik tangan Nanon untuk mengikutinya menuju Lobby, ia sengaja meminta tolong pada Fluke untuk menyewakan dirinya motor hanya untuk malam ini, ia memberikan helm untuk Nanon lalu mereka pun pergi melesat menyusuri ramainya jalanan di malam hari.

“lo bisa makan pedes ga?” teriak Ohm, tentu Nanon tidak dapat mendengarnya dengan jelas sebab suara Ohm yang dihalangi helm full-face nya ditambah suara knalpot motor dan suara angin.

“hah? ngomong apa lo?” saut Nanon.

“LO BISA MAKAN PEDES GA?” Ohm mengulangi kalimatnya yang sekarang lebih terdengar oleh Nanon.

“bisa” Jawab Nanon yang diberi anggukan oleh Ohm lalu kecepatan motor sedikit bertambah. Setelah melewati bulan purnama akhirnya mereka sampai di tujuan. Sebuah restoran lokal yang selalu ramai di Bali, mereka pun turun dan memesan makanan.

“gue ga ngira se pedes ini, liat sampe ingusan gue. setan emang lo” ujar Nanon sambil mengelap hidungnya dengan tissue dan mengesap minumannya dengan terburu selesai ia menghabiskan makanannya.

“ya makanya gue tanya kan, lo bisa ga makan pedes. lo jawab bisa. jadi ya gue bawa ke Nasi Pedas Bu Andika. Nih minum minuman gue”Ohm tertawa melihat kehebohan Nanon yang sedang menangani pedasnya. Ohm menyodorkan minumann miliknya saat gelas milik Nanon sudah mulai habis menyisakan es batu di gelasnya. Tentu Nanon mengambilnya tanpa berpikir dia kali dan meminumnya sampai habis, bibirnya sedikit membengkak dan memerah, dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.

“udah? yuk” Ajak Ohm saat ia melihat Nanon sudah sedikit tenang. Nanon ikut beranjak mengikuti Ohm, entah kemana lagi mereka akan pergi.

“gue pengen ke pantai” seru Nanon dari belakang sambil menepuk pundak Ohm agar ia bisa mendengar suaranya.

“beach club?” saut Ohm tak kalah kencang

“ga dodol, pinggir pantai aja” Nanon menggeplak helm Ohm dengan tangannya yang langsung dijawab anggukan oleh Ohm dan suara tawa Ohm yang menggelegar. Sesampainya di pinggir pantai mereka berjalan dengan santai, sesekali deburan ombak mengenai kaki polosnya. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata dari mereka, hanya suara ombak dan dentuman musik yang terdengar samar dengan hembusan angin mengenai kulit Nanon dan Ohm dengan sempurna.

“gue ngerasa malem ini lo ga kayak Nanon yang gue kenal” Ohm memulai pembicaraan diantara mereka, melepas sepatu sneakers nya, membiarkan kakinya menyentuh dinginnya pasir.

“ini Nanon yang temen temen gue kenal, sama lo gue jadi setan” Ohm tertawa mendengar pernyataan Nanon yang terdengar sangat jujur.

Mereka menghabiskan waktu di pinggir pantai dengan hembusan angin dan deburan ombak, tidak ada pertengkaran kecil diantara mereka walau ada sedikit kata kata kasar yang Nanon lontarkan yang menjadikan bumbu di percakapan ringan mereka, keduanya menikmati malam terakhir di Bali dengan damai.

Kaki Nanon terasa lemas saat pintu lift terbuka, ia melihat Ohm yang sedang memegang sesuatu yang Nanon yakin itu adalah makanan karena aromanya yang menyerbak saat pintu lift terbuka. Ohm tertawa kecil saat mengetahui aksi kabur Nanon gagal, ia berjalan keluar lift lalu memutar balik badan Nanon dan mendorong bahunya untuk berjalan menuju kamarnya.

“buka” titah Ohm saat mereka sampai di pintu kamar Nanon. Nanon dengan pasrah mengeluarkan kartu lalu mereka masuk kedalam kamar, Nanon langsung berjalan menuju kasur dan duduk di pinggirnya, sibuk dengan ponselnya. Ujung matanya dapat melihat Ohm yang sedang membukakan bungkus makanan.

“Nih, makan” Ohm menyodorkan makanan, Mac & Cheese, favorit Nanon.

“ga gue kasih pelet” lanjut Ohm, Nanon mengambilnya lalu memakannya

“makasih, tapi gue bingung ngapain ngasih makanan ke gue?” Nanon berbicara sambil mengunyah makanannya

“gapapa gue gabut aja pengen ngasih makan orang yang ga mampu” jawab Ohm dengan tawa di akhir kalimatnya

“goblok, gue punya uang kali buat beli. gue cuma mager aja” Ia melempar remote tv yang berada di sebelahnya ke arah Ohm, tentu dengan sigap Ohm menangkapnya sebelum mengenai wajahnya.

“lo gamau ngasih tau kenapa lo benci gue?” Tanya Ohm beberapa saat kemudian sambil duduk di kursi depan meja rias.

“lo banyak gaya, lo rese, kelakuan lo 0 banget, gatau gue benci aja sejak selesai lo balap itu” Ujar Nanon lalu ia lanjut memakan makanannya.

Ohm hanya mengangguk mendengarkan jawaban Nanon, lalu berdiri dan berjalan mendekati Nanon yang duduk di pinggir kasur lalu mengacak ngacak rambut Nanon yang sedang mengunyah makanan.

“gewblok owm pawat, rambwut gwue bewrantakan” Nanon menepis tangan Ohm yang bersarang di atas kepalanya.

“gue cabut” Ohm tertawa lalu jalan menuju pintu meninggalkan Nanon yang masih mengunyah Mac & Cheese di mulutnya dengan rasa kesal. Tak lama Ohm meninggalkan kamar teman teman Nanon masuk sambil membawa tas belanjaan dari minimarket.

“demi apa kinci liat ohm pawat keluar dari kamar kita non?” Tanya Win heboh sambil melempar belanjaannya.

“iya ngasih makanan doang” jawab Nanon, teman temannya yang mendengar pernyataan Nanon tersenyum simpul dengan wajah terheran heran melihat tingkah Nanon.

Cruise yang mereka tumpangi mulai bergerak menyusuri hembusan angin dan menerjang air asin. Nanon memilih untuk berdiam diri di dalam area ber-AC sambil menikmati pemandangan laut dari kaca jendela, sedangkan teman temannya sedang bersenang senang di atas sana dengan dentuman musik yang kencang. Ia masih belum siap untuk keluar dari ruangan ini sampai ia memuntahkan isi perutnya. Nanon melipat kedua tangannya di meja lalu mengistirahatkan kepalanya menghadap jendela yang berada di sebelah kirinya.

Tak lama kemudian Nanon merasakan dingin di pipi sebelah kirinya, ia mengangkat kepalanya lalu terkejut melihat sosok Ohm pawat yang sudah duduk disebelah kanan dirinya memegang sebuah minuman kaleng dengan wajah menyebalkannya dan tak disangka, Nanon mengeluarkan isi perutnya tepat di tubuh Ohm.

“Udah muntahnya?” Tanya Ohm saat ia melihat Nanon yang sudang mengelap bibirnya. Rasanya Ohm ingin marah dan membentak Nanon karena baju dan celananya menjadi penuh dengan muntahan Nanon, tetapi ia yang melihat manik Nanon yang berair malah mengurungkan niatnya untuk memarahinya.

“huhuhu sorry, gue kaget banget jadi gue muntah” dengan panik Nanon mengambil tissue dan membersihkan muntahannya, ia benar benar panik, kantong muntah yang sudah ia siapkan malah tidak terpakai. Nanon memerhatikan wajah Ohm, tidak ada kilatan marah di mata dan raut wajahnya, tapi ia tau Ohm ingin sekali memakinya. Ohm mencekal tangan Nanon lalu menjauhkannya dari badannya, ia berdiri dari duduknya dan meninggalkan Nanon tanpa sepatah kata. Jelas Nanon merasa bersalah atas perbuatannya, tetapi setidaknya ia tidak akan muntah lagi untuk kedepannya.

Setelah ia membersihkan muntahannya ia pergi mencari Ohm untuk meminta maaf. Ia meninggalkan ruangan ber-AC tersebut lalu pergi mencari Ohm kebagian atas cruise, tempat semua orang bersenang senang. Ia melihat Ohm yang sudah berganti pakaian, ia memakai kacamata hitam dan duduk bersandar, wajahnya terlihat mengintimidasi. Nanon mendekati Ohm, duduk di pinggiran bangku, wajahnya mulai memelas dengan kepala yang tertunduk.

“gausah ngerasa bersalah, gue gapapa” Ohm memulai percakapan dengan Nanon.

“tapi gue ga seharusnya muntahin ke lo...” suaranya mengecil.

“udah kejadian juga”

“iya sih... sorry ya” Nanon mengangkat kepalanya mencoba menatap manik Ohm.

“gapapa, masih mual?” Ohm mentap balik manik Nanon.

“udah engga, gue gaakan muntah lagi sampe pulang. hehe” Nanon tertawa canggung.

“bagus deh, seenganya gue bantu lo biar ga mual lagi” Nanon tersenyum lebar, senang mengetahui fakta bahwa Ohm tidak memarahi atau memakinya atas kejadian barusan. Nanon pun akhirnya meninggalkan Ohm dan mulai berbaur dengan teman temannya, ikut menari dan loncat loncat. Ohm yang melihat Nanon bersenang senang pun tersenyum, dirinya heran mengapa ia tidak bisa marah jika ia melihat wajah Nanon.

Nanon berjalan menarik kopernya mencari tempat duduk yang sesuai tiket pesawatnya, ia mengangkat kopernya beratnya untuk disimpan di kabin. Ia tidak tau ia akan duduk dengan siapa sebab semua teman temannya duduk dengan orang lain secara acak, tentu saja Nanon berharap bahwa yang duduk disebelahnya nanti bukan orang yang selama ini ia hindari. Nanon menyenderkan badannya, sayangnya ia tidak duduk di dekat jendela.

“Ini 22A kan” suara bariton menyadarkan Nanon yang sedari tadi memerhatikan ponselnya, menghubungi orang tuanya bahwa ia sudah di pesawat dan menunggu untuk take off. Nanon mengangkat kepalanya lalu menjawab dengan anggukan dan ia beridiri memberi akses untuk lelaki tersebut duduk.

“Thanks, btw gue Kayavine lo Nanon, kan?” Nanon terkejut saat sadar bahwa lelaki itu adalah salah satu teman Ohm Pawat —orang yang ia benci, Nanon mencoba untuk bersikap biasa saja.

“Hehe, iya” Nanon menjawabnya dengan sedikit canggung, lalu kembali fokus dengan ponselnya, ia merasakan pesawat sudah bergerak yang artinya pesawat akan segera take off para pramugari/a pun sedang memeragakan arahan.

Pesawat pun take off, Nanon sebenarnya tidak menyukai getaran saat pesawat take off dan landing, ia mengepalkan tangannya, Nanon tidak suka getaran saat pesawat take off dan landing menurutnya ia seperti sedang mempertaruhkan nyawanya.

“Tenang, Non” Ujar lelaki disebelah kiri, Kayavine. Nanon hanya menganggukan kepalanya sambil menutup rapat rapat matanya. Tak lama dari itu suara bel terdengar.tanda bahwa sabuk pengaman sudah boleh dilepaskan ia membuka matanya lalu menghela napasnya dengan berat. Nanon mulai memerhatikan pemandangan diluar jendela, walau terhalang oleh Kayavine, setidaknya ia bisa melihat awan yang mungkin sedikit menenangkannya.

“Mau tukeran tempat duduk?” Nanon menatapnya dengan penuh tanya

“Mau ga? biar lo tenang” Nanon pun tersenyum lebar lalu menganggukan kepalanya, ia sangat senang bisa melihat awan dengan jelas. Tak ia sangka, lelaki yang berteman dengan orang yang ia benci ternyata baik hati, tidak seperti Ohm Pawat.

“btw makasih ya kak” Nanon tersenyum tulus sambil menatap manik Kayavine. Kayavine menjawab ucapan Nanon dengan anggukan dan senyum yang tulus lalu mereka mulai berbincang ringan dengan asik.

Perjalanan menuju Bali terhitung lumayan lama, mungkin satu jam kurang mereka akan landing, jadi Nanon memutuskan untuk tidur sebentar, dirinya kekurangan tidur karena ia harus pergi pagi pagi sekali ke bandara guna menghindari Ohm.

Ohm’s POV

Disebrang sana Ohm terlihat sedari tadi menahan kesal melihat Nanon dan Kayavine yang berbincang santai, tawa Nanon terkadang pecah mendengar ucapan Kayavine, ia tidak tau apa yang mereka obrolkan tetapi ia cukup kesal karena seharusnya ia yang duduk disebelah Nanon, dan sekarang ia melihat Nanon yang sedang tertidur bersandar ke arah jendela, Ohm memutuskan untuk mendatangi Kayavine, ia akan meminta nya untuk pindah tempat duduk.

“lo pindah kay” titah Ohm, Kayavine yang mendengar ucapan Ohm pun sedikit tertantang.

“gamau, gue udah pw disini” Kayavine malah menyadarkan punggungnya lalu menyilang kedua lengannya di depan dadanya.

“gue bilang pindah.” Ohm menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya, Kayavine yang malas untuk berdebat lebih panjang akhirnya memilih mengikuti kemauan Ohm. Ohm tersenyum puas lalu duduk disebelah Nanon yang tertidur dengan posisi yang tidak nyaman. Ia menarik kepala Nanon untuk bersandar di bahunya dan Ohm menyandarkan badannya di kursi.

Suara tanda sabuk pengaman harus digunakan pun terdengar, Ohm secara perlahan menepuk pelan pipi Nanon, membangunkannya agar ia mengenakan sabuk pengaman. Nanon yang tersadar akan sentuhan tersebut langsung mengerjapkan matanya.

“sorry kak, gue jadi nyender di bahu lo” Ucap Nanon sambil sibuk memakai sabuk pengaman, ia masih belum menyadari bahwa orang yang duduk di sebelahnya adalah orang yang ia hindari

“oh, kalau ke kayavine baik, tapi ke gue engga?” Jawab Ohm, Nanon yang mendengar suara Ohm mendongakkan kepalanya, jantungnya berdegup kencanf, matanya membulat sempurna dengan bibir yang menganga. Ohm yang melihat pemandangan Nanon yang terkejut hanya bisa tertawa kecil.

“anjing, kenapa lo disini?” Tanya Nanon kesal akan fakta ia bersandar di bahu Ohm dengan sangat nyaman.

“tadi lo nyaman aja tuh nyender di bahu gue, sekarang kok malah nge anjingin gue?” salah satu sudut bibir Ohm terangkat.

“gue bilang lo gabisa lepas dari gue, Non” Nanon yang mendengar ucapan Ohm sangat ingin membentaknya dengan kata kata kasar, tetapi di situasi pesawat yang akan landing dan banyak orang mana mungkin ia melakukannya. Nanon kembali mengeratkan tangannya karena guncangan pesawat, telinganya mulai berdengung keadaan pesawat saat akan landing benar benar menyiksa Nanon.

Ohm yang melihat Nanon bersusah payah untuk menutup telinganya langsung melepaskan ear buds miliknya lalu menarik tangan Nanon satu persatu dari telingan dan memakaikannya untuk Nanon, selesai ia memakaikan ear buda ia menggenggam tangan Nanon yang dikepalkan, ia mengusapnya perlahan, mencoba menyalurkan ketenangan untuk Nanon. Nanon pun hanya bisa terdiam, sisi lain dirinya ia sadar bahwa yang dilakukan Ohm benar benar halus dan manis.

Pesawat pun landing dengan mulus, Nanon menghelakan nafasnya, tubuhnya yang sedari tadi tegang sudah mulai kembali normal lalu ia tersadar bahwa jemarinya masih bertautan dengan jemari Ohm, ia langsung menariknya dan segera melepaskan ear buds milik Ohm.

“Nih, makasih” Nanon menyodorkan barang tersebut.

“makasihnya cuman gara gara earbuds aja? terus previllage dari gue?” Ohm mengambil earbuds nya lalu menyimpannya, sebelah alisnya terangkat saat mengatakan kalimat tersebut.

“i-iya yaudah makasih” jawab nanon ketus

“udah sana keluar, orang lain udah pada turun” ia mendorong tubuh Ohm untuk beranjak dari kursi sebelahnya, Nanon mengambil koper yang tadi ia simpan. Ohm yang melihat kedua pipi gembul Nanon yang memerah karena salah tingkah tersenyum lalu pergi untuk mengambil barang-barangnya.

Dengan gerakan cepat Nanon mengambil semua barangnya lalu turun dari pesawat, mencari teman temannya untuk menceritakan kejadian tadi.

“gimana non senderan sama Ohm? mana pegang pegangan tangan lagi anjir lah” teriak Fiat saat ia melihat Nanon turun dari pesawat, mereka menunggu Nanon, Nanon memberikan isyarat untuk tetap diam karena Ohm mungkin ada di belakangnya. Teman temannya hanya tertawa melihat Nanon yang salah tingkah.

“paw, target lo disini tuh” ujar bright sambil mendaratkan bokongnya di sofa sebelah kayavine.

“siapa target si pawat? cakep kaga?” tanya Gun, yang langsung diberikan anggukan oleh bright

“nanon, itu laki laki yang kemarin ikut balapan sama si pawat” lanjut Bright

“BOLEH JUGA SELERA LO PAW” teriak gun sambil memukul pelan kepala Ohm.

“panggil, suruh kesini” Ohm menyuruh Bright untuk memanggil Nanon untuk menemuinya yang langsung dijawab anggukan oleh Bright. Lalu semua orang di ruangan vip ini kembali melanjutkan obrolannya disertai dengan tawa yang menggema di ruangan.

tak lama kemudian, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk yang sudah dipastikan itu adalah orang yang sedari tadi Ohm tunggu. Ohm membuka pintunya dan melihat Nanon dengan muka kesalnya.

“ada apa ya p manggil manggil?” tanya Nanon langsung to the point.

“weh, santai sini masuk dulu” Jawab Ohm sambil menarik pelan tangan Nanon, semua orang yang di dalam ruangan tadi melambaikan tangannya menyapa Nanon dengan senyuman lebar. Nanon menjawabnya dengan senyuman sopan.

“ke orang bisa sopan, ke gue kok gitu?” tanya Ohm

“gatau, tanya ada ke diri sendiri” jawab Nanon, teman teman Ohm yang mendengar ucapan Nanon refleks teriak ‘wooo’ di lanjuti dengan kata kata lawakan untuk Ohm, karena baru sekarang teman temannya melihat Ohm terpojokan oleh targetnya.

“hm, mana hp lo” Ohm menjulurkan telapak tangannya, meminta Nanon memberikan ponselnya.

“buat apa? gamau” Nanon menjawab dengan mendelikan matanya, Ohm memajukan badannya, mendekati wajahnya ke telinga Nanon.

“kasih hp lo dan berhenti mendelik ke arah gue” Suara baritonnya langsung memasuki telinga Nanon, membuat tubuhnya merinding dibuatnya. Kalimat tadi pun terdengar seperti ancaman apabila Nanon tidak memberikan ponselnya. Nanon segera memberikan ponselnya dan mendorong dada Ohm. Ohm tersenyum miring lalu mengetikan sesuatu di ponsel Nanon lalu ia melihat ponsel Ohm uang berdering.

“ok, gue telefon lo nanti” jawab Ohm sambil memberikan ponsel Nanon. Nanon pun langsung memutar badannya kesal dan sedikit membanting pintu saat ia keluar dari ruangan tersebut.

“ANJIR PAWAT GERCEP JUGA” teriak Fluke sambil melempar bantal sofa ke wajah Ohm, Ohm hanya memutar bola matanya dan kembali duduk untuk menikmati obrolan mereka yang tadi sempat terpotong.

Nanon mengeratkan genggamannya pada sabuk pengaman yang sudah terpasang di badannya, ia benar benari tidak menyangka bahwa ia akan mengikuti balap liar, selain ia takut akan nyawanya ia juga takut jika ada polisi yang akan mengejarnya karena termasuk balap liar. Lelaki di sebelahnya terlihat santai, tetapi ia bisa melihat tatapannya yang berambisi untuk memenangi balapan ini.

Maniknya mengikuti perempuan yang berada diantara kedua mobil, perempuan tersebut memastikan kedua belah pihak sudah siap dan dibalas anggukan oleh Ohm, perempuan tersebut mengangkat tinggi kedua lengannya yang menggenggam syal lalu membalikan badannya, tak lama kemudian tubuh Nanon sepenuhnya tersandar saat mobil yang dikemudikan Ohm mulai melesat kencang, buku jarinya memutih, ia hanya bisa meremas kencang sabuk pengaman dan melemaskan badannya mengikuti guncangan mobil, sesekali ia melirikan matanya melihat Ohm Pawat, entah mengapa semakin lama ia memerhatikan Ohm ia merasakan dirinya akan aman dan memberikan penuh kepercayaan pada Ohm. Ohm dengan santai berhasil memimpin permainan, Nanon melihat seringai kecil di Ohm.

Ohm berhasil melewati garis finish, ia memenangkan balapan ini, Nanon menghelakan nafasnya dengan kencang sebab penderitaan sudah selesai dan ia pun ikut senang karena Ohm menang. Dengan tangan yang masih bergetar ia mencoba melepaskan sabuk pengaman yang berada di kedua pundaknya, Ohm yang melihat Nanon sedikit kesulitan langsung membantu melepaskannya dan keluar dari mobil yang disambut oleh teman temannya. Nanon pun langsung dikerubungi oleh teman temannya.

“ALHAMDULILLAH SELAMAT JUGA” teriak win dengan heboh.

“lemes anjing” jawab Nanon, lalu berjalan ke pinggir untuk mencari tempat duduk

“gimana non?” tanya Fiat

“gabisa berkata gue, gila banget cuy. untung gue selamat plus menang” jawab Nanon sambil menerima minum yang diberikan oleh Win

“anjir kan gue bilang juga apa, Ohm tu jago bgt, jadi lo bakal selamat” jawab Chimon

“Tapi, kalau gue liat wajahnya dia, gue bener bener tenang kayak gue tau gue bakal aman gitu loh. Terus, gue jadi ngasih kepercayaan penuh ke dia.” Chimon, Fiat dan Win yang mendengar penjelasan Nanon pun saling melihat satu sama lain dengan raut wajah yang penuh arti.

Nanon mengangkat bokongnya saat ia rasa bahwa nyawanya sudah kembali penuh dan dirinya sudah tenang, ia berjalan mendekati gerombolan Ohm.

Ohm POV’s

“AKHIRNYA PORSCHE GUE AMAN ANJIR GILA GUE DEG DEGAN TAKUT MOBIL GUE KENA” teriak Bright sambil memeluk Ohm yang baru saja keluar dari mobilnya diikuti oleh teman temannya.

“anjir gasalah lagi gue ngasih kepercayaan ke lo paw” ujar Thanat sambil menepuk pundak Ohm dengan bangga.

“nih kunci mobil” Boun melempar kunci mobil seperti yang dijanjikan. Ohm menangkapnya dengan alis yang diangkat dan senyumnya yang merekah.

Tak lama kemudian Ohm didatangi oleh seseorang yang tadi menemaninya saat balapan tadi, teman teman Ohm pun langsung membuka jalan untuk Nanon lewat.

“kak, selamat ya” ujar Nanon

“hm” jawab Ohm sekenanya, lalu mereka pun terdiam, nanon yang sibuk menatap sepatunya dan Ohm yang sibuk memerhatikan sekitar dengan tubuh yang bersandar di kap mobil dan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya, hanya terdengar sorakan dari orang orang di sekitar yang masih melakukan selebrasi.

“yaudah kak, gue duluan” yang langsung dijawab anggukan oleh Ohm yang sepertinya terlihat tidak peduli terhadap Nanon.

“udah udah, mana sini gue mau liat mobilnya” ujar Mild sambil mengambil kuncinya di tangan Ohm yang langsung diikuti oleh Ohm dan teman temannya.

Nanon mengerjapkan matanya, cahaya matahari mulai memasuki kamar apartment nya dari sela sela jendelanya, alasan Nanon terbangun pun karena ia mendengarkan suara suara yang dibuat di kamarnya, padahal ia tinggal sendiri dan sedang tidak mengundang teman atau siapapun untuk bermalam. Nanon melangkahkan kakinya dengan malas menuju dapur untuk mengambil minum dan memeriksa arah datang suara tersebut.

Betapa terkejutnya ia melihat kekasihnya tidak memakai pakaian atas dan hanya mengenakan celana pendek hitam membuka bungkus kopi instan dan berdiri di pantry sambil menyunggingkan senyuman lebarnya.

“eh si cantik udah bangun” Ohm melontarkan kalimat yang Nanon sendiri tidak mengerti sebab bagaimana bisa di pagi buta ini Ohm sudah ada di kamarnya?

“Hah kamu sejak kapan di apart aku?” tanya Nanon masih dengan wajah bingung

“jam 2 malem, aku telfon kamu aku mau nginep terus kamu jawab iya, masa lupa?” Jawabnya sambil mengaduk kopi yang ia buat.

“hah gainget aku, terus ko kamu bisa masuk?” Tanya Nanon sambil melangkahkan kakinya mendekati kekasihnya, berniat membuat teh hangat.

“aku tau password apart kamu lah” Ohm malah melingkarkan lengannya di pinggang Nanon sambil menyandarkan dagunya di pundak Nanon. Nanon yang mendapatkan perlakuan tersebut tentu terkejut, mengetahui fakta bahwa kekasihnya tidak memakai baju alias shirtless dengan rambut yang menyentuh bagian leher sensitifnya.

“Masa tadi malem pelukin aku ga kerasa non?” suara bariton Ohm menyeruak kedalam telinganya, memberikan sensasi merinding sebab bercampuran dengan nafas Ohm yang mengenai bagian lehernya.

“g-ga inget lah, orang ngantuk banget” jawab Nanon gelagapan, ia benar benar tidak suka situasi ini, tubuh dan jiwanya seperti terperangkap oleh pesona Ohm dan tentu saja oleh tangannya yang melingkar dipinggang Nanon.

“ah udah sana mau bikin roti bakar” Ia mencoba melepaskan rengkuhan kekasihnya.

“udah duduk aja, biar aku yang bikinin kamu sarapan” Ohm mengantarkan tubuh Nanon untuk duduk di kursi pantry dan memerhatikan kegiatan memasaknya.

“mau roti bakar apa?” tanya Ohm

“pake scramble egg, terus sebelum di bakar pake mentega dulu” jawab Nanon dengan nada bossy

“pake pinggiran roti ga?” tanya Ohm, yang langsung dijawab gelengan oleh Nanon.

Nanon menyunggingkan senyumnya, pagi hari ini sangat sempurna, ia melihat kekasihnya sedang melakukan aktivitas memasak di dapurnya dengan keadaan shirtless, yang ia yakin pasti semua orang ingin berada di posisinya. Dengan lihai Ohm mulai memasak sarapan untuk mereka berdua. Ohm pun senang jika setiap hari ia bisa melihat Nanon di pagi hari yang artinya ia dapat melihat muka bantal Nanon, memasak makanan untuknya, dan bermanja ria di ranjang empuk milik Nanon. Memikirkan hal seperti ini saja mampu mengacu jantung Ohm, katakan lah ia tak sabar untuk menjadikan Nanon pasangan hidup dan matinya.

Selesai mereka menghabiskan sarapannya mereka memutuskan untuk menonton serial Netflix sambil bermalas malasan di ranjang Nanon dengan tangan yang memeluk tubuh satu sama lain.

“Non kayak gini selamanya ya?” Ujar Ohm sambil mencium puncak kepala Nanon

“hmmm berisik ih, tonton itu liat sabrina nya terbang” sebenarnya Nanon benar benar kalang kabut mendengarkan ucapan Ohm, ia pun menjadi tidak fokus dengan serial yang ia tonton.

“Non, mau ya jadi orang pertama yang aku liat di awal hari sama orang terakhir yang aku liat di akhir hari?” Ohm tetap melanjutkan kalimatnya, hasrat dirinya akan memiliki Nanon seutuhnya mulai menggebu gebu.

“Paw, masih terlalu awal gasih? maksudnya kita aja ketemu baru beberapa bulan lalu dan menjalin hubungan aja baru beberapa bulan lalu?”

“gapapa non, take your time. aku ga maksa kamu untuk jawab sekarang, aku cuman ingin kamu tau kalau kamu tuh penting buat aku. asal jangan suruh aku nunggu seratus tahun ya? perut aku udah ga sexy lagi nanti” Ujar Ohm sambil mencubit kecil hidung Nanon lalu mengecupnya.

“ga sabar deh hidup aku dipenuhin sama Nanon Korapat.” Ohm menerawang semua yang akan ia lakukan jika Nanon benar benar bersamanya sampai akhir waktu.

“pasti capek hidup aku dipenuhin Ohm Pawat” balas Nanon dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya. Ohm yang mendengar ucapan Nanon langsung menggelitiki tubuh Nanon, tak lupa dengan hidungnya yang mengendus bagian leher sensitif kekasihnya.

Hari ini Ohm dan Nanon menghabiskan waktunya bermanja manjaan dan bermalas malasan satu sama lain di apartment Nanon, tanpa gangguan orang lain. Menikmati setiap detiknya satu sama lain, melupakan dunia yang kejam. Hari minggu yang dipenuhi oleh ciuman, rengekan manja, suara tawa, dan kata kata yang melantur jauh tidak sesuai dengan adab.

Ohm tersenyum kecil membaca pesan Nanon saat dirinya mengetahui Ohm berada di kampusnya, ia duduk di depan minimarket yang tadi ia kunjungi, menunggu Nanon yang katanya berlari menuju minimarket.

Ohm menyadari sedari tadi ia mendapatkan tatapan memuja bak artis dari semua perempuan yang lalu lalang walau sebenarnya ia benar benar tidak memerhatikannya tetapi tetap saja ia bisa merasakan tatapan dan bisikan bisikan orang.

Tak lama dari itu, pandangannya melihat Nanon yang sedang berlari heboh menuju arahnya, matanya mencari tubuh Ohm. Nanon tersenyum lebar saat maniknya bertemu manik Ohm yang melihatnya dari jauh lalu kembali berlari.

“HUAH CAPEK” Nanon menghela nafasnya dengan keras sambil mengelap keringatnya saat ia sudah tiba di hadapan Ohm. Ohm mengeluarkan tissue dan minuman yang sempat ia beli saat membaca pesan Nanon.

Tangannya menuju dahi Nanon, mengelap peluh keringat yang menetes di pelipisnya lalu turun menuju lehernya dengan sangat pelan. Nanon tersenyum mendapat perlakuan tersebut, ia tau pasti kekasihnya sudah tidak marah lagi.

“kenapa cabut? padahal tanggung jam 12” Tanya Ohm sambil membukakan tutup botol minuman untuk Nanon lalu menyodorkannya.

“lagian aku denger katanya kamu ngobrol sama perempuan, jadi aja aku cabut lari kesini” jawab Nanon kesal setelah meneguk minumannya.

“itu aku nanya gedung fakultas kamu dimana” jawab Ohm datar

“IH NGOMONG DONG TAU GITU AKU GA CAPEK CAPEK LARI” teriak Nanon dengan gemas, gedung fakultas Nanon dengan minimarket mungkin bisa dibilang tidak jauh tetapi tidak dekat juga, yang artinya cukup lelah jika ia berlari.

“padahal cuman nanya, gaakan kesana” Ohm menyandarkan tubuhnya sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya dan kakinya yang ia silangkan di atas pahanya.

“kamu masih marah?” Nanon mendekatkan badannya ke arah Ohm, mencoba memerhatikan gerak gerik kekasihnya, mencoba mencari kebenaran ucapan kekasihnya.

“yaudah aku juga marah” Nanon menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dengan sengaja memajukan bibir bawahnya, pertanda ia kesal.

Ohm yang melihat pemandangan di depannya benar benar tidak tahan, ia tidak bisa melakukan silent treatment untuk kekasihnya dalam waktu yang lama. Bisa-bisa ia yang gila sendiri menahan semua kegemasan kekasihnya.

“terus kalau masih marah ngapain ke sini? tebar pesona gitu?” lanjut Nanon

“iya” balas Ohm tak mau kalah

“Oh yaudah sih, gue juga mau cari cowok buat gue ajak hang out.”

Ohm yang mendengar perkataan Nanon ikut panik karena Nanon sudah mengangkat bokongnya yg mengartikan bahwa ia akan beranjak. Ohm langsung menarik jemari lembut Nanon, membawanya untuk kembali duduk.

“eh engga gitu nanon sayang” Nanon menahan senyumnya, senang mengetahui bahwa kekasih sudah tidak marah lagi

“terus ngapain kesini?”

“silaturahmi kelamin” jawab Ohm sekenanya yang terbilang asal ceplos.

“anjing, udah ah” tawa Nanon lepas saat mendengar pernyataan Ohm

“ayok?” Ohm berdiri dari duduknya dan menjulurkan tangannya, mengajak Nanon untuk mengikuti jejaknya.

“kemana anjir paw? ah mager, masih cape” rengek Nanon dengan kedua tangan yang terangkat, seperti meminta gendong. Ohm menjongkokkan badannya memunggungi Nanon.

“yes!!!” tanpa bertanya, Nanon menaiki punggung kekasihnya dan langsung melingkari kedua lengannya dan kakinya di leher dan pinggang kekasihnya.

“MENUJU TAK TERBATAS DAN MELAMPAUINYAAAA” tangan Nanon memeragakan pose superman sambil berteriak slogan buzz lightyear, tidak nyambung. Ohm tertawa mendengar teriakan Nanon, mereka pun menjadi pusat perhatian semua warga kampus yang berlalu lalang. Langkah Ohm menuju lahan dimana ia memarkirkan mobilnya lalu mereka pergi meninggalkan kampus, berkeliling dunia katanya.

Ohm mengemudikan mobilnya dengan cepat, Nanon membuatnya kalang kabut di pagi hari, semua kata kata yang Nanon kirim benar benar ambigu. Tak lama dari itu Ohm mulai memasuki basement apartment Nanon dan bergegas menuju lift dan memencet lantai dimana Nanon tinggal.

Ohm menekan bel sesampainya ia di depan pintu apartment Nanon, tak lama dari itu Nanon membuka pintu apartmentnya betapa terkejutnya Nanon saat Ohm tiba tiba menciumnya seperti tidak ada hari esok.

“Ohm..” panggil Nanon di sela sela ciumannya sembari mendorong pelan dada Ohm, napasnya terengah, Ohm masih menciumnya, mengabsen gigi Nanon dengan lidahnya.

Ohm melepaskan ciumannya kedua hidung mereka masih menempel, maniknya menatap Nanon dengan lekat.

“sana ih” Nanon mendorong dada Ohm lalu menarik tangan Ohm

“bantuin pindah-pindahin barang, aku bosen kamar nya gini, terus gakuat pindahin sendiri sama angkatin galon” Ohm yang mendengar perkataan Nanon menganga.

“bentar, kamu nyuruh aku ke apart kamu buat bantuin kamu beresin kamar?” Nanon menganggukan kepalanya dengan polos

“kamu kira emang apa?” Ohm menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu membantu Nanon melakukan tugas yang tadi Nanon sebut.

“abis bersihin sama pindah pindahin barang kita cuddle sambil nonton” semangat Ohm memuncak, Nanon yang melihat Ohm tersenyum lebar.

Nanon mengeratkan tali sepatunya, hari ini ia akan menggarap projek awal tahun bersama kakak tingkatnya, Joss Wayar. Jujur Nanon senang mendapat pasangan projek dengan Joss sebab ia sering mendengar Joss adalah mahasiswa yang pintar dan mengerjakan semuanya dengan rapi dan cepat. Nanon mengemudikan mobilnya menuju Cafe dimana ia akan bertemu Joss.

“Nanon!” panggil Laki laki berbadan tinggi sambil melambaikan tangan bahwa ia sudah memilih tempat duduk.

“Makasih kak udah nunggu” Nanon menarik kursinya lalu mendudukan badannya.

“santai aja non, panggil gue joss aja” Joss menyodorkan menu, dan Nanon mengambilnya dengan sopan lalu memilih minumannya.

“Jadi gini non, projek ini kan kita disuruh bikin target pemasaran juga, berarti harus akurat dong semua perhitungannya, kita bagi tugas aja, lo mau ngambil tugas apa? hitung hitungan atau lo mau produksi aja?” Joss memberikan pilihan, agar Nanon mengerjakan salah satunya dengan fokus.

“Gue hitung hitungan aja deh kak, gapapa?”

“Gapapa lah, ok berarti gue produksi ya, clothing line?” tanya Joss lagi

“iya kak, konsepnya bagusnya apa ya?” Tanya Nanon

“hmmm, gue sih inginnya street style gitu, lo gimana?” Nanon menganggukan kepalanya, ia setuju dengan ide Joss.

“lo free gak habis ini?” Tanya Joss sambil memasukan barang-barangnya.

“Hngg, engga deh kayaknya gue ada janji kak” jawab Nanon sambil tersenyum tipis

“Oalah, yaudah ok deh. Lo bawa mobil kan?” Nanon menganggukan kepalanya

“Yaudah, gue duluan. See you later” Ucap Jos sambil menepuk pelan kepala Nanon lalu pergi meninggalkan cafe.

Nanon terdiam, maksud dari Joss menepuk pelan kepalanya apa? Ia melihat punggung Joss yang berjalan menuju mobil nya yang di parkirkan nya dekat mobil Nanon. Nanon meraih ponselnya lalu menelfon Kekasihnya, mengajaknya untuk jalan jalan, ia merindukan jalan jalan bersama Ohm.